Bersyukurlah
Kepada Tuhan
Kemampuan untuk bernyanyi adalah hal yang sepertinya lumrah dimiliki oleh setiap orang. Tidak harus memenangkan Indonesian Idol, tetapi setidaknya setiap orang pasti bisa bernyanyi. Setidaknya bernyanyi di kamar mandi. Kita sering juga bernyanyi secara spontaneous artinya tanpa kita sadari dan tanpa kita rencanakan. Berbagai emosi dan perasaan dapat diungkapkan melalui nyanyian. Ketika kita sedih, jatuh cinta, bahkan pada saat bahagia.
Mazmur adalah nyanyian, dan Mazmur 118 adalah nyanyian pujian dan ucapan
syukur. Ada tradisi yang menyebutkan bahwa mazmur ini sebenarnya adalah mazmur
yang dinyanyikan raja Daud bersama-sama dengan bangsa Israel ketika raja Daud
kembali dari peperangan dengan membawa kemenangan dan dia ingin mengucap syukur
kepada Tuhan atas kemenangan tersebut. Raja Daud sepenuhnya menyadari bahwa
kemenangan yang dia peroleh semata-mata bukan karena kehebatannya tetapi hanya
karena kasih penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Jadi ketika mereka hendak masuk
kedalam bait Allah mereka bernyanyi.
Apakah isi nyanyian mereka? “Bersyukurlah
kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Apakah arti dari pujian ini? Pujian
ini menekankan bahwa kasih Allah kepada kita, kebaikan Allah dalam hidup kita,
berlangsung selama-lamanya. Bila dikatakan selama-lamanya berarti tidak ada
satu moment pun dalam hidup kita yang luput dari kasih Allah, tidak ada satu
periode pun dalam hidup kita dimana Allah tidak mencurahkan berkatNya dan
kasihNya dalam hidup kita. Ada satu puisi terkenal tentang jejak kaki di pantai
yang ditulis oleh Margaret Fiscbak.
Across the dark sky flashed scenes from my life.
For each scene, I noticed two sets of footprints in the sand, One belong to me and one to my Lord. When the last scene of my life shot before me, I looked back at the footprints in the sand.
There was only one set of footprints. I realized that this was the lowest and the saddest times of my life. This always bothered me and I questioned the Lord about my dilemma.
“Lord, You told me when I decided to follow, You would walk and talk with me all the way.
But I’m aware that during the most troublesome times of my life, There is only one set of footprints.
I just don’t understand why, when I need You most, You leave me.” He whispered, “My precious child, I love you and will never leave you never, ever, during your trials and testings.
When you saw only one set of footprints, It was then that I carried you.”
Saudara-saudara yang kekasih di penghujung tahun ini, sejenak mari kita
menoleh ke belakang. Adakah moment dimana saudara-saudara merasa bahwa Allah tidak
ada? Ingatlah bahwa saat itu sebenarnya adalah saat dimana Allah sedang
menggendong saudara.
Pemazmur bersaksi bahwa: “Dalam kesesakan aku telah berseru kepada Tuhan.
Tuhan telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. Tuhan dipihakku. Aku tidak
akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? Tuhan di pihakku,
menolong aku. Aku akan memandang rendah mereka yang membenci aku” (v.5-7).
Siapakah diantara kita yang tidak pernah mengalami kesesakan? Siapakah
yang tidak pernah mengalami tantangan dan masa sulit dalam hidupnya? Peristiwa
suka dan duka dalam hidup ini bisa kita lewati dan jalani karena Allah
senantiasa menyertai kita. “Bersyukurlah
kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
Pujian ini juga menunjukkan
kerendahan hati si pemazmur bahwa segala sesuatu dikendalikan dan dikontrol
oleh Tuhan. Kita selalu punya
kecenderungan untuk mengatur segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan kita. Kita sering lupa bahwa sebenarnya tanpa Allah kita tidak
berarti. Ketika kita mampu menciptakan banyak hal dalam berbagai bidang
kehidupan, kita berpikir bahwa kita tidak lagi memerlukan Allah. Kecerdasan dan
kekuatan kita sudah cukup. Tetapi siapakah yang memberikan kecerdasan dan
kekuatan? “Bersyukurlah kepada Tuhan,
sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Pemazmur
mengajak kaum Israel, kaum Harun, setiap orang yang takut akan Tuhan untuk
bersyukur kepada Tuhan. Apakah kita takut akan Tuhan? Adakah kita bersyukur
kepada Tuhan?
Komentar
Posting Komentar